Wednesday, February 12, 2014
Satu Tahun, dari Terakhir kali Aku Melihatmu Tersenyum
Tak terasa sudah satu tahun berlalu, dari terakhir kali aku melihatmu
tersenyum padaku, menyalami tanganmu yang tanpa kusadari telah mendingin.
apakah kau bahagia disana, tanpa kami yang selalu menyusahkanmu?
Apakah kau menghawatirkanku?menghawatirkanku yang mungkin tidak melulu
dapat bersikap dewasa walau umurku terus bertambah, menghawatirkanku yang
selalu merengek tanpa bisa menahan keinginanku, dan selalu menghawatirkanku
yang bahkan menjadi anak yang berbakti pun belum bisa apalagi menjadi hamba yang baik untuk Nya.
***
Aku kini tahu kenapa saat itu, meskipun saat liburan tidurku tak terlalu nyaman, saat kau menyuruhku, aku sangat sedih setelah membantahmu padahal biasanya aku paling bandel bin males kalo disuruh-suruh, kenapa selama liburan aku begitu ingin terus memelukmu.
Aku teringat, kau tertegun saat aku melihat foto mu dan berkata "bi, koq fotonya kayak yang abi mau bicara sesuatu tapi ga jadi sih bi?", saat aku terjaga di tengah malam dan melihat mu sedang memandangku dari pintu kamarku, saat aku beberapa kali mencium wangi dan kau bilang itu wangi kasturi, saat aku marah pada umi dan kau menasehati tingkah lakuku yang kekanak-kanakan sambil memberi pepatah yang bagiku itu tidak biasanya, saat kau bertanya "De, sekarang pulang lagi ke rumah atau kekostan?"ga, kayaknya di kostan bi, soalnya capek kalo pulang, paling kalo pulangpun hari jumatnya, kenapa gitu?" kau pun berkata "Yaah..ga ketemu dulu dong ya?", juga saat kau membawakan tas ranselku sampai mobil, seperti anak SD yang diantar ayahnya dan saat aku menyalami tangan mu yang dingin. aku masih tak menyadari...tak menyadari bahwa saat itu hari-hari terakhir kebersamaanku dengan mu. Bahkan kamis malam, saat umi menelpon, aku mendengar jelas suaramu yang sedang memberikan ceramah, aku tak menyadarinya.
Sampai pada jumat dini hari tiba-tiba ada yang menjemputku memberitahukan bahwa kau ada di rumah sakit, sepanjang perjalanan aku menangis membayangkan bagaimana rasa sakit mu...dan sekali lagi aku belum menyadarinya...menyadari bahwa kau telah jauh..
Sampai pada pelukan dan bisikan "De, ikhlaskan abi ya..."saat itu aku menyadari suara tadi malam yang baru ku dengar, senyum 4 hari yang lalu adalah senyum terakhirnya untuk ku. Rabbi...aku ingin memeluknya, sangat ingin memeluknya...seluruh tubuhku lemas, lutut ku bergetar, hampir tak mampu menyangga tubuh ku...
Saat itu aku sadar, bahwa tak ada lagi orang yang mematikan lampu kamar ku apabila malam tlah larut, tak ada lagi orang yang menyelimutiku saat aku tidur, tak ada lagi orang yang rela menjemput dan mengantarkanku walau sedang hujan di malam hari, tak ada lagi orang yang aku bujuk apabila umi tidak membolehkan keinginanku, tak ada lagi orang yang rajin membeli gorengan di pagi hari.
Kau tahu?saat itu aku sadar bahwa ketegaran hari itu bukanlah segalanya, justru setelah hari itu adalah perjuangan untukku, untuk kami. Karena untuk terbiasa dengan ketidakhadiranmu itu sebuah perjuangan bagi kami sekeluarga, karena setiap langkah kami, kami selalu bergantung padamu untuk hal sekecil apapun. yaa..kami harus berjuang menahan rindu kami pada mu, dan membiasakan diri dengan ketiadaan kasih sayang mu pada kami.
Kau tahu apa yang aku sedihkan sampai saat ini? aku bersedih, karena untuk satu hari pun, kau tidak membiarkan kami untuk merawatmu, membiarkan kami sedikitnya membalas setiap pengorbanan mu pada kami. Bahkan sampai saat terakhir kau bersamaku, kau yang berusaha mempersembahkan yang terbaik untukku, kau mengantar kepergianku dan membawakan tas ransel ku sampai ke mobil. Aaah...maafkan kami bi...maafkan kami khususnya aku yang selalu membuat mu khawatir, dan mungkin sangat jarang mempersembahkan yang terbaik untuk mu..
Aku bahagia, karena yang merasakan kebaikan mu bukan hanya kami, Tapi orang lain pun merasakannya. Aku bahagia karena dengan cintamu kau menunjukkan kami bahwa ada cinta yang Agung yang tak akan pernah meninggalkan kami . Aku sangat bahagia, karena setelah kau tak ada pun kau selalu memberi teladan dan memberi kami kebahagiaan. dan aku sangat sangat bahagia karena aku terlahir menjadi anak mu...
Terima kasih bi..terima kasih untuk setiap pengorbananmu, terima kasih untuk segalanya..
Rabbi..ampunkan segala kesalahannya, bahagiakanlah ia sebagaimana ia selalu berusaha untuk membahagiakan kami. Terangilah kuburannya, sebagaimana Ia selalu berusaha menerangi setiap langkah kami dengan cahaya Mu. dan Mudahkanlah urusannya sebagaimana ia selalu berusaha memudahkan setiap urusan kami. Rabbi...sebutlah Ia, sebutlah Ia sebagai hamba Mu yang shaleh, sebagaimana ia selalu mengagungkan Mu pada kami, pada umat Mu
Rabighfirlii wali walidayya warhamhuma kamaa Rabbayani shaghiraa, Allahumaghfirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu.
I do miss you dad...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment